Powered By Blogger

Rabu, 04 Januari 2012

makalah misiologia "alkitab sebagai dasar misi"


ALKITAB SEBAGAI DASAR MISI

A.    PENDAHULUAN

• Mandat dari penginjilan adalah seluruh Alkitab yang terdapat dalam ciptaan Allah, dalam karakter Allah, dalam  janji Allah, dalam Kristus Allah, dalam Roh Allah, dan dalam gereja Allah.
• Berita kita itu berasal dari Alkitab. Di satu sisi, berita itu untuk kita, di sisi lain berita itu tidak diberikan kepada kita. Kita harus mengombinasikan ketepatan dengan  kepekaan sehingga bisa menghubungkan Firman dengan dunia, Injil dengan konteks, Kitab Suci dengan kebudayaan.
• Pada dasarnya, bahwa Firman telah menjadi manusia (Yoh 1:14). Yang Ilahi dikomunikasikan melalui yang manusiawi sehingga kita mendapatkan model Yesus yang telah menjadi manusia. Untuk menyatakan diri-Nya, Ia mengosongkan dan juga merendahkan diri-Nya (Flp 2:7-8).
• Untuk masuk ke dalam  kemuliaan Kristus, Luther berkata “Sepatah kata kecil akan meruntuhkannya”. Kita mungkin sangat lemah. Tapi justru dalam kelemahan itulah kekuatan Kristus disempurnakan dan  kata-kata kelemahan manusialah yang didukung oleh Roh dengan kekuatan-Nya. Maka ketika kita lemah, kita kuat (1 Kor 2:1-5; 2 Kor 12:9-10).

 

B.     DASAR ALKITABIAH UNTUK MANDAT PENGINJILAN  SEANTERO DUNIA


Motif Universal. Motif keuniversalan PL terlihat dalam Kejadian 10. Semua bangsa muncul dari tangan Allah yang kreatif dan berdiri di bawah pengawasan mata-Nya yang penuh kesabaran dan penghakiman. “Allah seluruh bumi” sepintas nampak mempersempit kepentingan-Nya hanya pada sejarah pribadi sebuah keluarga suku, tapi sesungguhnya tidaklah demikian. Untuk satu masa, Israel “keturunan Abraham” dipisahkan dari bangsa-bangsa lain (Kel 19:3, dst), tapi hanya agar melalui Israel Allah dapat membuka jalan untuk mencapai maksud-Nya yang mencakup dunia. Pilihan Allah atas Abraham dan Israel menyangkut seluruh dunia. Allah memilih Israel dalam persiapan untuk membuka dan menyingkapkan maksud universal-Nya.


• Motif Pertolongan dan Pembebasan. Motifnya terlihat: pertama, Yahweh, penebus Israel. Karya Allah yang menyelamatkan Israel terkait erat dengan tema universalisme. Yahweh, Allah seluruh bumi, untuk menyatakan kasih-Nya dan memenuhi firman-Nya kepada Israel dengan membebaskannya dari ikatan perbudakan dengan tangan-Nya yang kuat dan terulur (Ul 9:26; 13:5, dst); kedua, Yahweh, penebus bangsa-bangsa. Para nabi Israel semakin menyadari bahwa yang akan menerima tindakan penebusan Allah bukan hanya Israel. Allah akan mendobrak untuk memulihkan ketuhanan-Nya yang membebaskan atas seluruh dunia bangsa-bangsa. Sundker dan Blauw memperlihatkan bahwa para nabi itu mengembangkan tema ini secara sentripetal; yakni sesudah pembebasan mereka, bangsa-bangsa lain melakukan ziarah kembali ke Zion gunung Tuhan. Tema ini juga diperlihatan dalam Mazmur 87; ketiga, metode Allah dalam mencapai pembebasan. Metode yang digunakan misalnya tentang Nyanyian Hamba dalam Yesaya 40-55. Nyanyian Hamba yang keempat dalam pasal 53 menyingkapkan rahasia bagaimana Hamba Tuhan akan menunaikan misi-Nya. Perikop ini juga menggambarkan Hamba yang menjadi korban pembantaian manusia paling kejam.
Motif Misioner. Para nabi tidak lelah mengingatkan Israel bahwa pemilihan mereka bukanlah suatu hak istimewa yang dapat secara egois dipertahankan bagi dirinya sendiri; pemilihan adalah panggilan untuk melayani yang mencakup kesaksian di antara bangsa-bangsa. Dipilih oleh Allah untuk menjadi penerima khusus kasih karunia dan keadilan-Nya, Israel kini memikul tugas sesuai dengan panggilan itu, yakni untuk hidup sebagai umat Allah di antara bangsa-bangsa lain untuk memperlihatkan kepada mereka kasih karunia, rahmat, keadilan, dan kekuasaan-Nya yang membebaskan.
Motif Perlawanan. PL mengaitkan motif perlawanan dengan erat terhadap tema doksologis: kemuliaan Yahweh-Adonai akan dinyatakan di antara semua bangsa. Maka setiap orang akan mengenal-Nya sebagaimana Ia adanya, “Allah yang pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya” (Yun 4:2).
Kitab Yunus. Dewasa ini banyak pembicaraan dan tulisan mengenai “mendidik jemaat” dan “mendidik tenaga” untuk  misi. Yunus adalah salah satu pelajaran dalam mendidik seseorang untuk menjadi misionaris: kitab ini menyingkapkan  perlunya pertobatan radikal dari kecenderungan-kecenderungan alami seseorang dan  perubahan kehidupan secara total sehingga hidup itu dapat melayani dalam misi.
Periode Antar Perjanjian. Yesus dan Paulus, pada dirinya sendiri, tidak menentang misi Yahudi kepada orang bukan Yahudi. Sesungguhnya Paulus menganggap pekerjaannya di antara orang bukan Yahudi sebagai kelanjutan dari apa yang telah dimulai orang bukan Yahudi dalam Diaspora di antara orang bukan Yahudi. Karena itu, waktu Yesus mulai menyatakan ajaran-Nya sendiri, Ia tidak menggunakan tradisi Yahudi akhir sebagai rujukan pendukung, melainkan PL itu sendiri.
Perjanjian Baru: Kitab Misi Dunia. Ada fondasi dan praktik misi dalam PB: Yesus, juruselamat dunia. Semua motif PL yang beraneka ragam itu bertemu dalam pribadi dan pekerjaan Yesus dari Nazaret. Keselamatan yang akan datang, telah dipersaksikan para nabi, menjadi nyata dalam Yesus Kristus.
Mandat Misioner Dalam Injil Matius. Matius 10 mencatat perintah Yesus kepada murid-Nya untuk menyatakan kabar itu kepada Israel. Pasal 10 dan 28 tidak bertentangan tetapi keduanya memperjelas situasi sejarah pada waktu setelah kebangkitan ketika para murid dipanggil untuk terlibat dalam misi. Bila keduanya dilihat sebagai kesatuan, kedua pasal ini mengingatkan bahwa pintu sekarang terbuka bagi setiap orang.
Amanat Agung dalam Matius 28. Pesannya adalah: pertama, Otoritas Yesus. Tidak ada wilayah, bangsa, atau budaya yang sekarang terletak di luar daerah kekuasaan dan otoritas-Nya. Mandat misi juga bukanlah dasar bagi pemahkotaan-Nya. Justru mandat itu bersumber dari kenyataan otoritas-Nya. Kedua, mandat Yesus yang berkesinambungan untuk misi. Hal itu terlihat dalam frasa “Karena itu pergilah”. Ia memerintahkan kita untuk menjadikan murid-murid, yakni menggerakkan mereka untuk berserah kepada otoritas-Nya yang membebaskan dan menjadi sukarelawan untuk barisan yang telah sedang dalam perjalanan menuju tatanan baru, yakni kerajaan-Nya. Ketiga, Janji Yesus. Kata-kata janji “Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman”, Ia mengingatkan murid-murid-Nya bahwa Ia akan hadir di antara mereka dalam cara baru. Janji itu berlaku untuk segala zaman.

 

 

 

Dasar Alkitabiah Misi dalam Perjanjian Baru

Allah menyusun rencana yang teliti untuk kelahiran Mesias. Ironisnya, Yesus, sang Mesias, datang ke dunia bukan dengan kebesaran dan kemegahan, namun dengan penuh kerendahan hati. Yohanes Pembabtis diutus Allah untuk mempersiapkan  jalan bagi-Nya dengan memberitakan kedatangan kerajaan Allah dan perlunya pertobatan bagi pengampunan dosa (Matius 3:1-3).
Setelah 400 tahun adanya ketidakjelasan dan penindasan yang dilakukan oleh kekuasaan imperial, timbullah rasa kebangsaan dan  monoteisme orang-orang Yahudi. Karena mereka kehilangan tempat ibadah saat berada dalam pembuangan, mereka membangun sinagoge di mana-mana, dan tempat itu menjadi pusat penyembahan dan  pengajaran.
Kekaisaran Romawi memunyai bahasa utama, yakni bahasa Yunani. Ada pertukaran pendapat yang bebas antara Romawi Barat dan Romawi Timur. Komunikasi jalur darat dan  jalur laut sangat efisien. Juga terdapat jasa pos dan jaringan  jalan yang luas. Para pedagang harus melewati Palestina untuk berdagang.
Waktu Allah yang sempurna terbukti dengan lahirnya Yesus. Kekaisaran Romawi memiliki kehidupan persaudaraan yang rukun. Orang-orang Yahudi di Palestina diberi otonomi dan kebebasan untuk menjalankan agamanya. Orang-orang Yahudi di seluruh wilayah kekaisaran boleh pergi ke Yerusalem untuk merayakan  pertemuan raya mereka.
Yesus dan murid-murid-Nya memperoleh kebebasan untuk berkeliling dan masuk ke sinagoge untuk berkhotbah dan  mengajar. Tak ada saat yang lebih indah dibanding saat Mesias datang dan saat Kabar Baik diberitakan.
Yesus, Pusat dari Rencana Penebusan Allah
"Tetapi setelah genap waktunya, Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan ... untuk menebus ... supaya kita diterima menjadi anak." (Galatia 4:4-5)
Anak Allah, Yesus Kristus, sebelumnya ada bersama Bapa, datang ke dunia untuk menyatakan Allah sebab Dia adalah "sinar kemuliaan Allah, perwujudan nyata dari keberadaan Allah" (Yohanes 1:14; Ibrani 1:3). Melihat Yesus berarti melihat Allah; mengenal Yesus berarti mengenal Allah. Mengenal Allah berarti memperoleh hidup yang kekal (Yohanes 17:3).
Yesus memberikan semua milik-Nya, mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, taat pada kehendak Bapa, bahkan sampai mati di kayu salib (Filipi 2:6-8). Dia melakukannya dengan kerelaan sebagai korban bagi dosa seluruh dunia supaya barang siapa yang percaya kepada-Nya memperoleh pengampunan dan menjadi anak-anak Allah. Ketika Dia mati, tumit Yesus diremukkan setan, namun ketika Dia bangkit dari kematian, Ia meremukkan kepala setan. Ini adalah penggenapan janji Allah dalam Kejadian 3:15. Yesus benar-benar mengalahkan setan dan melucuti kuasanya (Kolose 2:15).
"Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah, Bapa!" (Filipi 2:9-11)
Efesus 1:3-14 meringkas rencana penebusan Allah: "Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya ... untuk menjadi anak-anak-Nya melalui Yesus Kristus ... supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia ... di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa ... supaya kami ... boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya ...."
Yesus Sang Penginjil
Yesus diutus oleh Bapa. Dia tahu benar untuk apa Ia datang: untuk menyatakan Bapa dan memberi hidup kekal, dan menunjukkan  jalan kerajaan Allah ke dalam hati manusia dan dunia. Hal ini disempurnakan-Nya dengan menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas dan memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang (Lukas 4:18-19). Sebagai Hamba yang menderita, Ia memberikan hidup-Nya sebagai tebusan bagi orang banyak.
Ia hidup di antara orang-orang yang ingin Dia menangkan. Dia mengalami hidup dengan debu, kotor, lapar, haus, lelah, pencobaan, perlawanan, penolakan, bahkan kematian. Perlu bagi-Nya "untuk menjadi seperti saudara-saudara-Nya dalam segala hal supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa." (Ibrani 2:14-18)
Dia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan melayani bersama Dia (Markus 3:13-39). Dia mengajarkan kepada mereka tentang kerajaan Allah, bagaimana mereka bisa masuk ke dalamnya, bertindak sebagai warga kerajaan Allah, dan bagaimana mereka seharusnya membimbing orang lain masuk ke sana. Yesus mengajar mereka dengan menjadi teladan dan dengan memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengerjakan pekerjaan Allah.
Yesus memperhadapkan orang-orang akan dosa dan tingkah laku mereka yang jahat di hadapan Tuhan. Yesus memanggil mereka untuk percaya dan mengikut-Nya. Setiap orang yang bertemu dengan Yesus harus membuat keputusan mengikut Dia.
Selain berkhotbah dan mengajar, Yesus juga memberi makan orang lapar, menyembuhkan yang sakit, dan membebaskan yang terbelenggu. Yesus mengunjungi orang-orang, makan bersama mereka, bersukacita dengan mereka, dan berduka dengan mereka. Dia berdoa bagi murid-murid-Nya. Dia mengampuni orang-orang yang berdosa. Dengan sabar, Dia menjawab pertanyaan baik yang tulus maupun yang sinis. Dia menguatkan orang yang patah hati dan memuji orang yang penuh iman. Dia mencukupi kebutuhan orang dengan penuh kasih.
Yesus juga melayani orang-orang yang bukan Yahudi dan merencanakan dari awal untuk mengikutsertakan mereka ke dalam "keluarga Allah". Menurut pendengaran orang Yunani yang datang untuk mengunjungi-Nya, Dia menyatakan bahwa "apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku" (Yohanes 12:20-33). Dia menghendaki domba-domba yang lain dibawa juga ke kandang sehingga mereka menjadi satu kawanan dengan satu gembala (Yohanes 10:16). Ketika bercakap-cakap dengan perempuan Samaria, Yesus menyatakan: "Keselamatan datang dari bangsa Yahudi" (Yohanes 4:22), itu berarti bahwa keselamatan adalah bagi dunia.

Yesus Sang Pengutus
"Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu" (Yohanes 20:21), kata Yesus yang bangkit kepada murid-murid-Nya. Kini Yesus adalah sang Pengutus karena Dia adalah Tuhan yang kepada-Nya "segala kuasa di bumi dan di surga diberikan". Dia sudah mengalahkan setan, si penawan dan si pembudak manusia. Sekarang Yesus menyuruh murid-murid-Nya untuk memuridkan semua manusia dan semua bangsa. Sama seperti Allah yang mengurapi-Nya dengan Roh, maka Yesus pun mencurahkan Roh-Nya kepada mereka dan berjanji bahwa Dia akan tetap bersama-sama dengan mereka sampai akhir zaman (Matius 28:18-21; Kisah Para Rasul 1:4, 8).
Pelayanan Yesus dibatasi hanya sampai Palestina dan daerah sekitarnya, namun  murid-murid-Nya harus memberitakan-Nya ke daerah Yahudi, dan bahkan ke daerah yang tak dikenal. Visi Yesus adalah bagi seluruh dunia. Menyelamatkan dunia adalah kehendak-Nya. (1 Timotius 2:3-6).
C.    KESIMPULAN
Melalui Alkitab kita dapat  mengetahui tugas apa yang seharusnya setiap orang Kristen lakukan. Tidak dapat disangkal, misi ada dalam berbagai bagian Alkitab. Allah sangat memperhatikan
seluruh dunia (Yes 45:22; Yoh 3:16). Allah juga memberikan perintah khusus untuk
menjangkau dunia (Mat 28:19-21; Kis 1:8). Bagaimanapun, pemahaman ini tidaklah cukup.
Alkitab adalah dasar bagi Misi (Ralph D. Winter, ed., Perspective: Study Guide, 1-1).
Pertama, kisah tentang Allah menyelesaikan misi penyelamatan-Nya merupakan alur seluruh
Alkitab. Kedua, cara Allah menyelesaikan misi penyelamatan-Nya adalah dengan
mewahyukan diri-Nya melalui firman yang diucapkan maupun tertulis (Alkitab).






Daftar Pusvtaka
1.      Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, 2003
2.      Yakub Tri Handoko, “Diktat Kelas Intensif Misiologi” 28-30 Mei 2005.
3.      Kontekstualisasi Sebagai Sebuah Strategi dalam Menjalankan Misi: Sebuah Alasan Literatur Submitted by Pdt. Rahmiati on Fri, 27/06/2008 - 06:28 VERITAS 1/1 (April 2000) 19-27
4.      “Mission in the New Testament The Biblical Basis” OMF Literature Inc, Manila 1994, h 21 -- 25
5.      "Misi Menurut Perspektif Alkitab” karangan: J.R.W. Stott, J. Verkuyl,
6.      www. Sabda.com/ artikel misi





Tidak ada komentar:

Posting Komentar