Powered By Blogger

Rabu, 04 Januari 2012

tugas laporan baca arkeologi pl

1 Teologi Pentateukh
Eugene H. Merrill

Latar Belakang Sejarah

            Alkitab menegaskan (mis, Kel.17:14;24:4; Bil.33:1-2; Ul. 31:9; Yos. 1:8; II Raj. 21:8) bahwa Musa adalah penulis Pentateukh, sang pembebas besar dalam peristiwa keluaran, yang menyampaikannya kepada sesama bangsanya penyataan diri Allah dan dan maksud-Nya bagi umat tebusan-Nya. Nama pentateukh juga mencerminkan ukuran komposisi tersebut terdiri dari lima kitab gulungan. Istilah yang lebih tepat dan informatif dipakai dalam tradisi atau ajaran Yahudi sendiri yaitu Torah,artinya, “ ajaran”. Kata torah menjadi “hukum,” karena mengesankan bahwa tulisan-tulisan Musa pada dasarnya adalah teks-teks mengenai hukum.” Hukum” dalam kitab Bilangan merupakan bagian  berisi syarat atau ketentuan  dalam teks perjanjian yang mengatur prilaku Israel sebagai pembantu Yahweh TUHAN, Yang Mahatinggi. Jadi pentateukh merupakan perkumpulan berisi macam-macam tulisan. Melalui cerita, syair, silsilah, kisah, petunjuk, dan nasihat maka pesan teologis disampaikan dengan tujuan tunggal: agar Israel mengerti makna keberadaannya dan tujuannya.

Asumsi-Asumsi Dalam Teologi Pentateukh

Beberapa asumsi dalam teologi pentateukh, yaitu:
  1. Asumsi-asumsi tentang Allah. Allah itu ada, dan menyatu, konsisiten serta teratur.
  2. Asumsi-asumsi mengenai penyataan atau pewahyuan. Pewahyuan bertujuan menyatakan Allah dan maksud-maksud-Nya.
  3. Asumsi-asumsi mengenai maksud dan tujuan. Penciptaan harus diakui sejak awal sebagai bagian integral dari maksud Allah,sebab meskipun keberadaan-Nya selamanya tidak bergantung kepada siapapun namun mempunyai maksud,penciptaan telah terjadi dan menyiratkan suatu maksud.
  4. Asumsi-asumsi mengenai metode teologis. Dalam kanon yang sekarang, yang susunanya mencerminkan metode dan minat teologis luas, orang harus berusaha menemukan susunan kronologis sehingga perkembangan penyataan bisa dilihat dengan jelas dan bisa mengakomodasi minat-minat teologis yang lebih sempit.

Mencari Inti

Pembahasan yang sebelumnya sekarang menyarankan bahwa penyataan Alkitab bersifat menyatu, bertujuan, merupakan fenomena konsisten sendiri yang mencerminkan maksud-maksud Allah yang konsisten yang ingin menyingkapkan maksud-Nya kepada makhluk ciptaan-Nya. Peristiwa  keluaran dan hubunganya dan perjanjian yang diabsahkan di Sinai cukup menjadi bukti yang mengalahkan semua keraguan bahwa apapun maksud Allah bagi penciptaan dan bagi semua bangsa di bumi, maksud-maksud ini dihubungakan dengan pemilihan Israel untuk mengemban posisi tanggung jawab yang khusus. Banyak  teolog memandang kejadian yang kompleks itu sebagai fokus utama dari Perjanjian Lama. Karena banyak penyataan Perjanjian lama yang  berhubungan  dengan Israel dan dengan hubungan  Yahweh dengan Israel, maka diyakini bahwa itu pasti merupakan perhatian utama dari penyataan Allah.

TEOLOGI KITAB KEJADIAN

Mandat Perjanjian Dan Eskatologi

Jika maksud-maksud Allah terkait dengan pencitaan-Nya dan kekuasaan-Nya, maka orang tentu mengharapkan dua tema kembar ini menonjol diseluruh penyataan Alkitab, dan sesungguhnya demikianlah keadaannya. Tetapi larangan dosa yang bersifat merusak merupakan penyesuaian pelaksanaan maksud-maksud itu, sehingga kemampuan manusia untuk memenuhi syarat-syarat mandat itu menjadi sangat lemah dan perlu diubah. Tetapi apa yang terpendam dalam perjalanan sejarah manusia akan muncul kembali pada akhir zaman ketika kemampuan manusia untuk menggenapi perjanjian itu akan dipulihkan. Hal ini jelas dalam beberapa bagian kitab para nabi.

Mandat perjanjian Itu Dan Kehidupan Yesus

Rasul Palus menggambarkan Yesus sebagai  Adam kedua, satu julukan yang dikaitkan dengan karya keselamatan maupun karya penebusan-Nya, juga dengan peranan-Nya sebagai “manusia pertama” diantara persekutuan atau jemaah orang yang telah lahir kembali. Karena sama dengan semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian juga semua orang akan dihidupkan kambali dalam persekutuan dengan kristus 1Kor 15:22.  Yesus menggenapi potensi-potensi dari Adam yang tidak terjatuh ke dalam dosa, sebagaimana dengan kematian-Nya, Dia memulihkan umat manusia kepada potensi-potensi itu.

Dosa Dan Penyesalan Maksud Perjanjian

Asal- usul dosa adalah misteri yang tetap tak terungkap dalam penyataan Alkitab. Yang jelas dosa adalah realitas dan dengan segera mengikuti penciptaan manusia dan perjanjianya antara Allah dan manusia, dan antara mereka dengan maksud ciptaan-Nya. hubungan antara Allah –manusia mempunyai sifat seperti hubungan antara penguasa tertinggi dengan raja bawahannya. Maksud Allah menciptakan manusia adalah mewariskan status dan fungsi “ segambar” bahwa manusia mewakili bahkan serupa dengan Allah, yaitu memiliki kuasa atas semua ciptaan.hak istimewa seperti itu juga mewariskan tanggung jawab, terutama kesetiaan dan ketaatan tanpa syarat.tetapi kini dosa telah menyusup masuk,  dan manusia yang jatuh telah kehilangan kekuasaan tak terbatas atas lingkungan Nya.

Maksud Perjanjian dan Soteriologi

            Kutuk persaingan itu membuat pendamaian, dan tindakan inilah baik sebagai kejadian maupun proses merupakan devinisi dari keselamatan yang Alkitabiah.dengan demikian, jelaslah bahwa Sotereologi merupakan tema pokok teologi Alkitabiah, walaupun bukan tema sentral. Kebutuhan akan keselamatan adalah tema yang terus-menerus muncul dalam sejarah Alkitabiah, sebab sejarah itu mnyaksikan penyimpangan spiritual dan moral yang berkelanjutan  serta semakin meningkat. Untuk setiap anugrah ilahi ada tindakan dosa manusia. Semua ekspresi maksud perjanjian Allah selalu diimbangi perkataan dan perbuatan manusia yang menentangnya. Tanpa penebusan yang Allah lakukan, manusia tidak dapat mewujudkan maksud penciptaannya.

Menara Babel

            Arti penting kisah manara Babel terletak kepada ganguannya terhadap pelaksanaannya mandat Allah, satu ciri yang memiliki kesamaan dengan cerita kawin campur anak-anak Allah dangan anak-anak manusia dalam Kejadian 6:1-4.  Cerita manara babel mengungkapkan secara pasti, bahwa pendiri manara itu mempunyai suatu tujuan: “ marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi (11:4) yang artinya, mereka tidak mau menuruti unsur kedua dari mandat perjanjian Adam: penuhilah bumi dan taklukkanlah itu” (1:28).

Perjanjian Abraham

            Tujuan dari kisah Alkitab itu menyatakan bahwa panggilan Abraham untuk malayani perjanjian sama pentingnya dengan anugrah pilihan Ilahi, sebagaimana penciptaan Adam dan pilihan Nuh, dua leluhur penciptaan yang paling masyur.  Abraham disuruh meninggalkan Ur, tanah airnya, dan pergi kenegeri yang akan ditujukan Allah kepadanya, ketaatan dan panggilan ini akan membuat ia menjadi rekan Yahweh dalam proses pemberkatan dunia dan mambawa dunia kembali kejalan yang sesuai dengan maksud pencipta.
            Jadi, perjanjian Abraham , bersama-sama dengan perjanjian Adam dan Nuh sebagai pedahulunya, harus dianggap  sebagai pemberian tanpa syarat dari Yahweh kepada Abraham, hambanya, atau pemberian yang mempunyai fungsi khusus dan tidak dapat dibatalkan.
Bagian pertama janji ini bahwa keturunan Abraham akan menjadi bangsa yang besar Kej 12:2, ini adalah bayangan dari perintah dalam 1:28, “beranak cuculah dan bertambah banyak”.
Bagian kedua dari janji tersebut tidak mempunyai peristiwa sebelumnya dalam mandat kejadian 1, tetapi kendatipun demikian harus dipahami dalam ketaatan dengan-Nya. Inilah peran yang harus dilakukan  bangsa keturun Abraham sebagai batu Pujian dalam kaitan  mana bangsa-bangsa di bumi akan mendapat berkat atau kutuk. Bagian ketiga dari perjanjian para leluhur  bahwa benih Abraham akan menjadi berkat atau kutuk bagi bangsa-bangsa.


Kitab Kejadian Dalam Pandangan Teologis Kemasa Yang Lampau

            Kitab Kejadian, yang agaknya ditulis  sebelum Israel menaklukan kanaan, setidak-tidaknya memenuhi maksud kanonikal serta teologis yang jelas. Pertama, ia memenuhi kebutuhan nyata Israel akan asal-usualnya, tujuannya, harapanya, dan nasib akhirnya. Persoalan-peoalan ini secara eksplisit maupun implisit dikemukakan sedemikian rupa sehingga membuat Israel tidak sangsi bahwa keberadaannya itu tidak menggenapi maksud dan janji Ilahi.

TEOLOGI KITAB KELUARAN

            Tidak diragukan bahwa Keluaran 19:-4-5 adalah teks yang memiliki arti penting Teologis dalam kitab keluaran,  sebab bagian itu merupakan pengunci antara janji-janji kepada para leluhur tentang para status Israel sabagai anak dan perjanjian Sinai, dimana Israel manjdi bangsa yang berkedudukan, sebagai hamba TUHAN.kedua, Israel memilh syarat-syarat perjanjian, ia terlebih dari sagala bangsa, manjadi “ harta kesayangan” TUHAN. Maksud itu muncul dalam keluaran 19:6, “ kamau akan menjadi bagi-Ku karajaan imam dan bangsa yang kudus. “ karajaan iamam dan bangsa yang kudus” sebenarrnya bersinonim dan saling menjelaskan. Artinya nilai Israel sebagai harta kepunyaan Allah terletak kepada fungsinya sebagai kerajaan imam yang kudus.

Israel Dan Tanggung Jawab Perjanjian

            Perjanjian itu sndiri terbagi menjadi dua bagian:
Pertama, sepuluh perintah, sama sekali berbeda bentuk maupun fungsinya dengan bagian kedua, kitab perjanjian.
Bagian peraturan yang lebih pendek dan  umum adalah sama dengan “ konsitusi” yang berkaitan dengan kumpulan yang lebih panjang  sehingga membentuk suatu kumpulan amandemen,  atau lebih baik contoh-contoh penerapan spesifik.
Perjanjian Itu Dan Sepuluh Perintah
Perintah pertama. Membicarakan inti hubungan yang diisyaratkan oleh perjanjian raja bawahan.
Perintah kedua. Peraturan ini ( ayat.4-6) melarang manusia membuat patung TUHAN berbentuk appun atau serupa apapun, itu sama dengan membatasi Allah yang transenden  dan tidak dapat dilukiskan, itu sama dengan mengacaukan atau membuat rancu antara sang pencipta dengan ciptaan-Nya.
Perintah ketiga. Mengaitkan nama TUHAN pelengkap dari keberadaan-Nya dengan TUHAN sendiri.
Perintah keempat. Mengalihkan focus dari pengakuan serta penghormatan yang pantas bagi pribadi TUHAN sebagai tuan bagi Israe sabagai peraturan tentang palaksanaan kekuasaan manusia atas bumi.
Perintah kelima. Mengalihkan focus yang diperknakanoleh perintah keempat branjut dalam perintah kelima( kej 20:12).
Perintah keenam. “ janga membubuh” ( kel.20:13), adalah cara untuk meytakan kebali argument “hukumana pembalasan” yang kono dalam perjanjian Nuh.
Perintah ketujuh.pelanggaran serupa terhadap pengharapan perjanjian terjadi karenapengharap kepada perjanjian berikut, “ jangan berzinah” ( kel 20:14).
Perintah kedelapan. Berbicara penting dalam halpenguasa dengan bawahanya: yaitu mengenai ,harta benda dan pengeloahan serta pembagian yang pantas.
Perintah kesembilan. Hubunagan yangbesar antara para bawahan dalam jaringgan hubungan kerja perjanjian itu disimpulkan melalui perintah, jangan mengucapkan saksi dusta terhadap sesamamu” ( kel.20:16).
Perintah kesepuluh. Perintah “terahir” yang melarang orang memiliki harta orang lain ( kel 20:17),  sebagaimana yang telah diperhatika seemua sarjana, adalah bidang subyektf dan internal.

Kitab perjanjian

Peraturan-peraturan perjanjian yang bersifat kasuistis.
Membicarakan perhambaan  ( 21:2-6), sebab pokok perjanjian tersebut ialah bahwa TUHAN membebaskan Israel dari perhambaan Mesir
Paraturam kedua ( 21:7-11) bentuk perkawinan yang direncanakan seorang ayah yang sedang membutuhkan uang.
Peraturan ketiga ( 21:1-17) membicarakan pembunuhan, pemukulun terhadap orang tua, penculikan, mengutuk orang tau semua itu pelanggaran hukuman yang patut menerima hukuman mati.
Paraturan keempat mengacu kepada hokum pemukulan atau serangan fisik ( 21:18-27)
Persyaratan perjanjian yang berlaku secara umum dan mutlak.parohan kedua kitab perjanjian dimulai dari Keluaran 22:18 dan persyaratan itu mengalami perubahan isi untuk menyesuaikannya dengan perubahan bentuk.
Ziarah perjanjian dan penghormatan.
Pertama adalah peraturan untuk mempersembahkan roti tidak beragi pada hari raya penuaian jawawut
Kedua untuk menghadap hadirat TUHAN ( kel.23:16a) diadakan limapuluh hari kemudian.
Ziarah ketiga dan terakhir dihadapan TUHAN ( kel. 23:16b) terjadi pada bulan ketujuh dari tahun kaagamaan atau bulan pertama dari tahun umum.
Mendekati Yang Kudus
Tempat pertemuan. TUHAN telah berjanji akan berkenan merendahkan diri kepada umat-Nya dengan hadir diantara mereka, sehingga mereka dapat bertemu dengan Dia.
Keimaman. Demikian tempat pertemuan yang telah dijelaskan, TUHAN menjelaskan hal doa syafaat yang mengandaikan dan ordo keimaman.
Persembahan. Pentabisan para imam, yang menonjolkan korban yang pantas, secara alami membawa kepada fungsi korban dalam pemujaan, satu pokok yang dijelaskan secara mendalam dalam kitab Imamat.
TEOLOGI KITAB IMAMAT

            Inti dari hubungan perjanjian persekutuan antara TUHAN dengan umat-Nya dan cara mencapainya,dalam peenyataan pembukaan kitab Imamat, dimana mengenai korban bakaran.fakta bahwa perjanjian diantara TUHAN dan Israel meniru perjanjian Timur Tengah Kuno, baik bentuk dan fungsinya, membuat orang mengerti begitu banyaknya detail pemujaan dalam pentateukh dengan kejelasan yang luar biasa.pesekutuan dengan yang Kudus menuntut kareakter dan prilaku yang kudus dari umat Allah, itulah yang diperintahkan Allah.


TEOLOGI KITAB BILANGAN

            Setelah  diperhatikan berulang-ulang, unsur pokok dari janjian- perjanjian keadaan leluhur dan kepada bangsa Israel ialah bahwa mereka akan mewarisi dan menduduki sebuah negri.teologi ziarah dan penaklukan ditemukan dalam kisah-kisah kitab Bilangan. Dengn isilah-istilah kemeliteran yang jelas, Musa mencatat sensus atas suku-suku dan penyususnan prkemahan mereka untuk mngantisipasi keberangkatan mereka dari Sinai dalam perjalanan ke Kanaan.perjalanan ziarah bukan berarti menghentikan kewajiban ibadah atau melakukan peraturan social.sesungguhnya, kedaan-keadaan unik sebagai pengembara dipadan gurun menuntut penjelasan ulang berbagai prinsip dan praktik yang telah dinyatakan.perjalanan itu sendiri mempunyai makna teolois, sebab ia menjadi paradiga dari pengalaman bagi setiap palaku ziarah, yang beralih dari pendapat janji sampai memiliki apa yang dijanjikan itu.





TEOLOGI KITAB ULANGAN

Penyataan ilahi: sarananya

adalah .salah satu cara Allah untuk menyatakan diri-Nya ialah melalui peristiwa sejarah.pemilihan bangsa itu ,disertai janji-janji penggenapannya yang sukses terwujud berabad-abad kemudian melalui peristiwa keluaran yang perkasa, yang kemudian mengikuti pengalaman dipadang gurun,mengokohkan TUHAN sebagai penebus umat-Nya.

Penyataan Ilahi: Isinya

Nama-nama Tuhan. Tuhan adalah nama yang ekspresif yang menggambarkan peranan Allah perjanjian, muncul keterangn lebih dari 220 kali dalam kitab Ulangan.
Pribadi Tuhan.penyataan diri Allah juga diuatarakan dalam penyataan-panyataan mengenai pribadi-Nya, yaitu janji-Nya dan keberadaan-Nya.
Sifat-sifat dan karakter Tuhan. Allah menyingkapkan dirinya sendiri, pertama melalui karakter dan sikap-sikap lengkap dari Tuhan. Sifat-sifat lain Allah khususnya yang relefan dengan kitab Ulangan sebagai teks perjanjian ialah kasih-Nya.
Fungsi Tuhan. Fungsi kedua dan barangkali merupakan cara penyataan Allah yang dapat dilihat dan dipahami lebih jelas dalam kitab ulangan ialah  aktifitas-Nya melalui sejarah maupun diluar sejarah.Allah juga sebagai pencipta yang mendasar mengenai tindakan-tindakan Alla dalam sejarah,tentu, adalah karya-Nya sebagai pencipta. Allah juga sebagai penebus. Tujuannyata karya penebusan-Nya ialah  membwa umat tebusan kedalam persekutuandengan Tuhan berdasarkan perjanjian. Karenanya adalah, karena Tuhan adalah allah perjanjian yang memprakasai hubungan khusus ini dan mewujudkannya melalui   peristiwa sejarah yang konkrit.

Penyataan Manusia

Pertama, menerangkan allah-alallah buatan tangan manusia, semantara Kedua yang berikutnya Yang berbicara tentag manusia yang diciptakan oleh Allah dan dibesarkan di bumi. Penyataan menganai bangsa-bangsa. Penyataan mengenai Israel bahwa identitas Israel bukan sekedar politis,ditekankannya ada pemiihannya sebagai suatu umat dan oleh ciri khas.

Penyataan Perjanjian

            Hal-ha berikut ini patut diperhatikan khususnya menginga meterai perjanjian itu:
Ada permintaan taat sebagai syarat mendapakan berkat perjanjian (4;1,6,40)
Ada pengakun bahwa dokumen itu tidak boleh dicemarkan;  orang tidak boleh manambah atau menguranginya ( 4:2)
Ada pengakuan bahwa dokumen tersebut  dan syarat-syarat nya adalah adil dam benar (4:8)
Ada ungkapan ada perlunya kewajinaba-kewajiban perjanjian itu harus diberitahukan kembali kapada generasi atau angkatan yang akan datang (4:9-10;40)
Ada kesaksian atau bukti bahwa musa sebagai kominikator perjanjian memiliki otoritas( 4:14)
Kemegahan dan kemulian Tuhan, Sang penguasa tertinggi, dinyatakan secara jelas (4:11-12)
Ada penekanan bahwa Tuhan itu unik, tidak boleh diduakan, tidak ada bandingannya, ( 4:16-20)
Ada himbauan kepada saksi-saksi perjanjian, khususnya langit dan bumi, ( Ulangan 4:26)
Ada peringatan ketidaktaatan pada perjanjian (4:26-28) dan janji pemulihan berdasarkan pengakuan dosa dan pertobatan (4:29-31).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar