Powered By Blogger

Rabu, 04 Januari 2012

jawaban uas ekumenika

1.      Sifat gereja. Apakah gereja merupakan tujuan atau alat pekabaran injil? Apakah gereja merupakan lembaga keselamatan, sehingga tujuan pekabaran injil adalah untuk memperbesar jumlah anggota gereja? Ataukah gereja merupakan kelompok orang yang dilibatkan, atau melibatkan diri, dalam perjuangan untuk kerajaan Allah, tujuan pekabaran injil yang sebenarnya?

Jawaban: Kisah Rasul 2:42 dapat dianggap sebagai pernyataan tujuan gereja, “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” Dengan demikian, menurut Kitab Suci, tujuan/kegiatan gereja adalah: (1) mengajarkan pengajaran-pengajaran yang Alkitabiah, (2) menyediakan tempat bagi orang-orang percaya untuk bersekutu, (3) menjalankan Perjamuan Kudus, dan (4) berdoa.
Gereja perlu mengajarkan dasar-dasar pengajaran dari Alkitab supaya iman kita memiliki dasar yang kokoh. Efesus 4:14 memberitahu kita, “Sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.” Gereja adalah tempat untuk bersekutu, tempat di mana orang Kristen dapat mengasihi dan menghormati satu dengan yang lain (Roma 12:10), saling menasihati (Roma 15:14), penuh kasih mesra dan saling mengampuni (Efesus 4:32), saling menasihati dan membangun (1 Tesalonika 5:11), dan yang paling penting, saling mengasihi (1 Yohanes 3:11).
Gereja adalah tempat di mana orang-orang percaya dapat melakukan Perjamuan Kudus, memperingati kematian Kristus, dan bagaimana Kristus telah mencucurkan darah untuk kita (1 Korintus 11:23-26). Konsep ”memecahkan roti” (Kisah Rasul 2:42) juga berarti menikmati hidangan bersama-sama. Ini adalah contoh lain mengenai persekutuan. Tujuan yang terakhir menurut Kisah Rasul 2:42 adalah berdoa. Gereja ada tempat yang mengutamakan doa, mengajar orang berdoa, dan mempraktekkan doa. Filipi 4:6-7 mendorong kita, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”

”Pengutusan” lain yang diberikan kepada gereja adalah untuk memproklamirkan Injil keselamatan melalui Yesus Kristus (Matius 28:18-20; Kisah Rasul 1:8). Gereja dipanggil untuk setia dalam memberitakan Injil melalui kata-kata dan perbuatan. Gereja adalah ”mercusuar” masyarakat – yang mengarahkan orang kepada Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus. Gereja dipanggil untuk memberitakan Injil dan untuk menyiapkan anggota-anggotanya untuk memberitakan Injil (1 Petrus 3:15). Dan dengan demikian dipersiapkan bagi perjuangan untuk kerajaan Allah.
Beberapa tujuan akhir dari gereja diberikan dalam Yakobus 1:27, “ Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.” Gereja ada untuk melayani orang-orang yang dalam kekurangan. Ini bukan saja dalam pekabaran Injil, namun juga dalam menyediakan kebutuhan fisik (makanan, pakaian, tempat berteduh) sebagaimana dibutuhkan dan sepantasnya. Gereja perlu mempersiapkan orang-orang yang percaya di dalam Kristus dengan perlengkapan-perlengkapan untuk mengalahkan dosa dan untuk bebas dari pengaruh kotor dunia ini. Hal ini dilakukan dengan prinsip-prinsip yang sudah diberikan di atas – pengajaran yang Alkitabiah dan persekutuan Kristiani.
gereja bukanlah lembaga keselamatan dan tujuan  mengabarkan injil bukan hanya memperbanyak jumlah anggota gereja. Tetapi lebih berkaitan dengan kualitas iman, meskipun kuantitas penting.

2.      Sifat pertobatan. Apakah pertobatan berarti menerima Kristus dan memberi diri dibabtis supaya menjadi anggota gereja? Ataukah pertobatan berarti melibatkan diri dalam perjuangan untuk kerajaan Allah karena merasa diinspirasikan oleh Kristus, sehingga perjuangan diberi prioritas dan babtisan serta keanggotaan gereja dianggap hal sekunder? Apakah tujuan pekabaran injil untuk mengajak orang untuk masuk gereja atau mengajak orang ikut memperbaharui dunia?

Jawaban: Definisi pertobatan berarti menerima Kristus dengan sungguh-sungguh sehingga melalui babtisan iman itu dinyatakan, dalam hal ini keanggotaan dalam gereja adalah hal kedua. Bertobat tidak hanya sekedar menangis, menyesal atau sedih, Ibr. 12:17  Bertobat adalah perubahan hidup: pikiran dan perbuatan, Mat 21:28-32. Sifat-sifat pertobatan itu sendiri mencakup akal budi (Mat 21:29) dimana pertobatan itu menyebabkan kita membenci dosa dan pertobatan menyebabkan kita merindukan keadilan dan kesucian. Pertobatan Mencakup emosi atau perasaan. Emosi mempunyai peranan penting dalam pertobatan, (II Kor 7:9; Luk. 10:13; 7:44; 18:13). Pertobatan juga mencakup kehendak seperti Anak yang hilang mengambil keputusan untuk pulang (Luk 15:18,20). Ada dua tindakan dalam pertobatan, (Kis 26:18): (1)  Berbalik dari dosa, (2)  Kembali kepada Allah. Pertobatan itu sendiri membuat Roh Kudus memenuhi hidup orang yang bertobat, (Kis 2:38) Sehingga dapat dikatakan bahwa pertobatan itu melibatkan diri dalam perjuangan bagi kerajaan Allah sebagai hal yang utama dan pekabaran injil adalah untuk mengajak orang ikut memperbaharui dunia.

3.      Pertanyaan siapa Kristus. Apakah Kristus eksklusif atau inklusif? Dengan itu dimaksudkan pertanyaan apakah Kristus merangkul semua agama lain atau paling sedikit unsur-unsur agama lain yang sesuai dengan injil (inklusif)? Ataukah percaya kepada Kristus berarti melepaskan segala hal yang diyakini dahulu karena tidak di alaskan pada Kristus (eksklusif)? Apakah Kristus dari Palestina 2000 tahun yang lalu menjadi norma, ataukah Kristus yang kosmis yang terdapat dalam semua agama? Apakah Kristus adalah pernyataan Allah yang satu-satunya, ataukah puncak segala pernyataan? Sebagai konsekwensi untuk  pekabaran injil perlu ditanyakan apakah kita mengabarkan Kristus dari PB , ataukah mencoba mengangkat yang paling baik dari agama-agama?
Jawaban: Siapakah Yesus Kristus? Berbeda dengan pertanyaan, “Apakah ada Allah?” jarang orang mempertanyakan apakah Yesus Kristus ada. Pada umumnya Yesus dipandang sebagai seseorang yang hidup di bumi di Israel 2000 tahun yang lampau. Perdebatan baru dimulai ketika topik mengenai identitas Yesus didiskusikan. Hampir setiap agama besar mengajarkan bahwa Yesus adalah seorang nabi, atau guru yang baik atau seorang manusia yang saleh. Masalahnya Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa Yesus lebih dari sekedar seorang nabi, guru yang baik atau orang yang saleh.
C.S. Lewis dalam bukunya Mere Christianity menulis: “Saya berusaha mencegah orang dari mengatakan hal-hal yang bodoh yang biasanya orang katakan mengenai Dia (Yesus Kristus): “Saya siap untuk menerima Dia sebagai seorang pengajar moral yang agung, tapi saya tidak menerima klaim bahwa Dia adalah Allah.” Ini adalah sesuatu yang kita tidak boleh katakan. Seorang manusia biasa dan mengucapkan apa yang dikatakan oleh Yesus tidak mungkin merupakan seoarng pengajar moral yang agung. Kalau orang itu bukan orang gila – yang setara dengan orang yang mengatakan bahwa dia adalah telur rebus – atau dia adalah si Iblis dari neraka. Engkau harus menentukan pilihanmu. Apakah orang ini adalah Anak Allah, atau orang gila atau lebih parah…. Engkau bisa menutup telinga dan menganggap Dia orang bodoh, engkau bisa meludahi Dia dan membunuh Dia sebagai iblis, atau engkau bisa tersungkur di kakiNya dan menyebut Dia Tuhan dan Allah. Tapi jangan mencari alasan yang tidak-tidak dengan mengatakan bahwa Dia hanyalah seorang pengajar yang agung. Dia tidak memberikan opsi itu kepada kita. Dia tidak bermaksud untuk melakukan itu.
kata-kata Tuhan Yesus dalam Yohanes 10:30, “Aku dan Bapa adalah satu.” Sekilas, ini kelihatannya bukan merupakan sebuah klaim bahwa Dia adalah Allah. Namun kalau dilihat dari reaksi orang-orang Yahudi terhadap pernyataan ini "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah." (Yohanes 10:33). Orang-orang Yahudi mengerti pernyataan Yesus sebagai sebuah klaim bahwa Dia adalah Allah. Dalam ayat-ayat berikutnya Yesus tidak pernah mengoreksi orang-orang Yahudi dengan mengatakan, “Saya tidak mengaku diri sebagai Allah.” Hal ini menunjukkan bahwa Yesus betul-betul mengatakan bahwa Dia adalah Allah dengan mengumumkan, “Aku dan Bapa adalah satu.” (Yohanes 10:30). Yohanes 8:58 adalah contoh lainnya. Yesus memproklamirkan, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." Kembali orang-orang Yahudi berespon dengan mengambil batu dan berusaha melempari Yesus (Yohanes 8:59). Yesus mengumumkan identitasnya dengan menggunakan “Aku adalah” yang adalah merupakan penerapan langsung dari nama Allah dalam Perjanjian Lama (Keluaran 3:14). Mengapa orang-orang Yahudi mau melempari Yesus dengan batu kalau bukan karena Dia mengatakan sesuatu yang mereka anggap menghujat Allah, yaitu dengan mengaku diri sebagai Allah?

Yohanes 1:1 mengatakan, “Firman itu adalah Allah.” Yohanes 1:14 mengatakan, “Firman itu telah menjadi manusia.” Ini jelas mengindikasikan bahwa Yesus adalah Allah dalam wujud manusia. Thomas sang murid mengungkapkan pada Yesus, "Ya Tuhanku dan Allahku!" (Yohanes 20:28). Yesus tidak mengoreksi dia. Rasul Paulus menggambarkan Dia sebagai, “…Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus” (Titus 2:13). Rasul Petrus mengatakan hal yang sama, “…Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.” (2 Petrus 1:1). Allah Bapa adalah Saksi dari identitas Yesus yang sepenuhnya, “Tetapi tentang Anak Ia berkata: "Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran.” Nubuat-nubuat mengenai Kristus dalam Perjanjian Lama menyatakan keillahianNya, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.”
Jadi, sebagaimana dikatakan oleh C.S. Lewis, percaya kepada Yesus sebagai seorang guru yang baik bukanlah sebuah pilihan. Yesus dengan jelas dan tak dapat disangkali mengakui diriNya sebagai Allah. Kalau Dia bukan Allah, Dia bukan seorang pendusta dan bukanlah seorang nabi, guru yang baik atau manusia yang beribadah. Dalam usaha untuk menjelaskan apa yang dikatakan oleh Yesus, para “sarjana-sarjana” modern mengatakan bahwa “Yesus sejarah yang sejati” tidak mengucapkan banyak hal yang Alkitab katakan sebagai diucapkan oleh Yesus. Siapakah kita yang dapat berdebat dengan Firman Tuhan mengenai apa yang Yesus katakan atau tidak katakan? Bagaimana seorang “sarjana” yang dua ribu tahun terpisah dari Yesus dapat lebih mengerti apa yang Yesus katakan dan tidak katakan dibanding dengan mereka yang hidup bersama Dia, melayani bersama Dia dan diajar langsung oleh Yesus sendiri (Yohanes 14:26)?
Mengapa pertanyaan mengenai identitas Yesus yang sebenarnya begitu penting? Mengapa penting kalau Yesus itu Allah atau bukan? Alasan yang paling penting bahwa Yesus haruslah Allah adalah bahwa jikalau Dia bukan Allah, kematianNya tidaklah cukup untuk membayar hutang dosa seluruh dunia (1 Yohanes 2:2). Hanya Allah yang dapat membayar hutang sebesar itu (Roma 5:8; 2 Korintus 5:21). Yesus haruslah Allah sehingga Dia dapat membayar hutang kita. Yesus haruslah manusia supaya Dia bisa mati. Keselamatan hanya tersedia melalui iman di dalam Yesus Kristus! Keillahian Yesus adalah alasan mengapa Dia adalah satu-satunya jalan keselamatan. Keillahian Yesus adalah penyebab mengapa Dia mengumumkan, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6).
Percaya kepada Kristus berarti melepaskan segala hal yang diyakini dahulu karena tidak di alaskan pada Kristus. Dan dengan demikian dapat dikatakan bahwa Kristus dari Palestina 2000 tahun yang lalu menjadi norma karena Kristus adalah pernyataan Allah secara khusus. Dan menjadi berita dalam pekabaran injil itu adalah Kristus yang kita kenal dalam Alkitab, bukan yang kosmis dari agama-agama lain.

4.      Mengenai fungsi Roh Kudus. Sampai dimana pekerjaan Roh Kudus secara eksplisit dihubungkan dengan Kristus dari PB? Ataukah Roh Kudus bekerja dimana saja orang mengejar yang baik, sehingga pemberitaan mengenai Kristus tidak selalu secara mutlak perlu? Sampai dimana pekabaran injil dapat mempergunakan penyataan am tanpa hubungan eksplisit dengan pernyataan khusus?
Jawaban: Dari semua karunia yang diberikan Allah kepada manusia, tidak ada yang lebih berharga dari kehadiran Roh Kudus. Roh Kudus memiliki banyak fungsi, peranan dan kegiatan. Pertama, Dia bekerja dalam hati semua orang di manapun mereka berada. Yesus memberitahu murid-muridNya bahwa Dia akan mengutus Roh Kudus ke dalam dunia untuk, “menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman” (Yohanes 16:7-11). Setiap orang memiliki “kesadaran akan Allah” baik mereka akui atau tidak, karena Roh Kudus menerapkan kebenaran Allah dalam pikiran manusia untuk meyakinkan mereka dengan argumen-argumen yang cukup dan beralasan bahwa mereka adalah orang-orang berdosa.
Begitu kita diselamatkan dan menjadi milik Allah, Roh Kudus berdiam di dalam hati kita untuk selamanya, memeteraikan kita dengan meneguhkan, mengesahkan dan menjamin keadaan kekal kita sebagai anak-anakNya. Yesus berkata bahwa Dia akan mengirimkan Roh Kudus untuk menjadi Penolong, Penghibur dan Penuntun. “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya” (Yohanes 14:16) Kata Yunani yang diterjemahkan “Penolong” berarti seseorang yang dipanggil untuk berjalan bersama, dan mempunyai pengertian seseorang yang memberi dorongan dan nasihat. “Berdiam” berhubungan dengan tinggalnya Roh Kudus secara permanen dalam hati orang-orang percaya (Roma 8:9; 1 Korintus 6:19, 2; 12:13). Yesus memberi Roh Kudus sebagai “kompensasi” untuk ketidakhadiranNya, untuk melaksanakan fungsi yang Yesus ingin lakukan bagi kita kalau saja Dia berdiam secara pribadi dengan kita.
Di antara fungsi-fungsi itu adalah pengungkap kebenaran. Kehadiran Roh Kudus dalam diri kita memungkinkan kita untuk memahami dan menafsirkan Firman Tuhan. Yesus memberitahu murid-muridNya, “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran” (Yohanes 16:13). Dia mengungkapkan isi hati Allah sehubungan dengan ibadah, doktrin dan kehidupan Kristen. Dia adalah Penuntun yang paling utama, berjalan di depan, memimpin, menyingkirkan rintangan, membuka pengertian, dan memastikan segala sesuatunya jelas. Dia memimpin dalam jalan yang harus kita jalani dalam semua hal rohani. Tanpa penuntun semacam ini, kita dapat jatuh dalam kesalahan. Bagian krusial dari Kebenaran yang Dia ungkapkan adalah bahwa Yesus adalah sesuai dengan apa yang Dia katakan (Yohanes 15:26; 1 Korintus 12:3). Roh Kudus meyakinkan kita akan keillahian dan keanakan Kristus, inkarnasiNya, Kristus sebagai Mesias, penderitaan dan kematianNya, kebangkitan dan kenaikanNya, pemuliaanNya di sebelah kanan Allah, dan perannya sebagai Hakim dari segalaNya. Dia memuliakan Kristus dalam segala hal (Yohanes 16:14).
Perannya yang lain adalah pemberi karunia. 1 Korintus 12 menggambarkan karunia-karunia rohani yang diberikan kepada orang-orang percaya agar kita dapat menjalankan fungsi sebagai tubuh Kristus dalam dunia. Semua karunia ini, baik besar maupun kecil, adalah pemberian Roh Kudus agar kita dapat menjadi duta besar-duta besarNya kepada dunia, menunjukkan anugrahNya dan memuliakan Dia.
Roh Kudus juga berperan sebagai penghasil-buah dalam kehidupan kita. Ketika Dia mendiami kita, Dia mulai menuai buahNya dalam kehidupan kita – kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Galatia 5:22-23). Ini bukanlah hasil pekerjaan daging kita, yang tidak mampu untuk menghasilkan buah semacam ini, namun adalah hasil dari kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan kita. Meskipun Roh Kudus hadir dan ada bersama-sama orang percaya, namun tetap penting memberitakan tentang Kristus bagi orang lain yang belum percaya.

5.      Menegenai universalisme keselamatan. Apakah keselamatan mungkin tanpa menerima Kristus secara eksplisit? Apakah tujuan utama pekabaran injil adalah mengajak orang menjadi anggota gereja, menerima Kristus dan member diri dibabtis supaya diselamatkan, ataukah keselamatan sudah mulai dikenal dalam agama-agama lain? Sehubungan dengan pertanyaan terakhir, perlukah orang meninggalkan agamanya ataukah lebih baik mereka mencari keselamatan universal di agama mereka masing-masing?
Teori Penebusan Universal: Teori ini mengemukakan bahwa kematian Kristus di atas kayu salib yang telah menggenapi rencana keselamatan Allah bagi umat manusia, bukan hanya diperuntukan bagi sebagian bangsa, ras, golongan atau orang yang dipilih saja, melainkan untuk semua orang yang ada di seluruh dunia ini. Tetapi keselamatan itu disediakan bagi yang percaya kepada Kristus, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. “Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6). Tanpa percaya kepada Kristus maka keselamatan tidak akan diterima.
Tujuan pekabaran injil memang mengajak orang untuk  menerima Kristus, karena dengan menerima Kristus, maka orang dapat diselamatkan. Ketika orang menerima Kristus, ia memang perlu untuk dibina sehingga imannya semakin diteguhkan. Gereja dapat ambil bagian dalam hal ini, tetapi untuk menjadi anggota gereja bukanlah tujuan utamanya.


6.      Arti perintah Yesus “Jadikanlah semua bangsa muridKu”. Apakah menjadi murid Kristus berarti melakukan kehendak Kristus dengan atau tanpa memberi diri dibabtis dan menjadi anggota gereja? Apakah pengakuan akan Kristus hanya dengan perbuatan (implisit) cukup ataukah juga perlu pengakuan eksplisit, melalui menjadi anggota gereja? Apakah tujuan pekabaran inijil mengajak orang untuk member diri dibabtis, ataukah memperkenalkan Kristus saja?
Amanat Agung Yesus Kristus ini biasanya dipahami sebagai perintah untuk mengabarkan Injil, dalam arti sempit mengkristenkan umat lain, bahkan lebih sempit lagi menjadikan orang lain menjadi warga gereja tertentu. Pandangan ini biasanya disertai dengan keyakinan, bahwa keselamatan hanya ada dalam Yesus Kristus dan di luar Yesus Kristus manusia akan binasa, seperti yang terdapat dalam Yohanes 14:6: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku’. ayat inilah yang membuat gereja sangat bersikap eksklusif dan merasa diri sebagai umat pilihan Allah. Yang lebih benar, lebih baik dari umat lain. Pemahaman ini akan membuat gereja kesulitan dalam menjalankan tugas panggilannya di dunia ini.
Matius 28:19-20: ‘Pergilah, jadikan semua bangsa murid-Ku dan baptiskanlah mereka dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang Kuperintahkan kepadamu.’ Kata ‘baptiskanlah mereka’ selama ini dipahami sebagai tanda bahwa seseorang menjadi orang Kristen atau menjadi anggota gereja tertentu. Padahal baptis dalam Alkitab tidak dihubungkan dengan gereja, tetapi dihubungkan dengan kematian dan kebangkitan Kristus, sebagai simbol seseorang dipersekutukan dengan kematian dan kebangkitan Kristus (Rm. 6:3,4; Kol. 2:12), sebagai simbol pembebasan dari dosa dan dilibatkannya manusia dalam hadirnya kerajaan Allah dalam diri Kristus, yang mendatangkan syalom. Itulah sebabnya perkataan ini dihubungkan dengan menjadi murid Kristus. Adapun menjadi murid Kristus itu berarti ‘mengajar melakukan apa yang diperintahkan oleh Kristus, bukan mengajar perintah Kristus, tetapi mengajar melakukan’.
Misi Kristen itu tidak lagi dipahami sebagai membaptiskan dan mengumpulkan orang sebanyak-banyaknya menjadi warga gereja serta mendirikan gereja dimana-mana. Itu adalah misi kuantitatif, yang lebih penting adalah misi yang kualitatif, yaitu menulari manusia apa pun agamanya, dengan roh pengharapan, kasih dan tanggung jawab kepada dunia dengan segala macam persoalannya. Agama harus mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mengatasi masalah manusia saat ini yaitu: kelaparan, dominasi satu kelas terhadap kelas lain, imperialisme ideologi, perang atom dan perusakan terhadap lingkungan hidup dan sebagainya. Dengan demikian tujuan pekabaran injil selain mengajak orang untuk memberi diri dibabtis, tetapi juga  memperkenalkan Kristus sebagai berita utamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar